Thursday, June 21, 2007

Kakekku Abda Willadirana yang wafat tahun 1935...


Date: Wed, 20 Jun 2007 05:10:00 -0700 (PDT)
From:
Subject: 18 April 2006, Aa beraksi kayak paranormal???
To: "Neng des chayank"


Semalam itu bakdal Maghrib selama sejam aku kok
dirundung rasa sedih yang mendalam dan rasa kangen
kepada diajeng. Harapanku semoga diajeng sehat
sejahtera gembira. Seiring dengan gelora menggebu.
Seringkali hal begitu merupakan isyarat kontak bathin
akan kebutuhan perawatan pisik psikis lahir bathin.
Tepat jam 20 rasa murung itu mencair seperti eskrim
terkena uap dengan dialog meminta nomor Esia Tata.
Jam 21 aku bertemu pasangan Rini dan Dhani yang
kukenal di wartel dengan cara unik.
Kami bertiga terlibat obrolan serius sehubungan
peristiwa laka lalin yang dialami Dhani. Katanya
beberapa detik sebelum peristiwa Dhani sudah beroleh
isyarat awal akan terjadi sesuatu.

Tentu saja keterangannya perlu kuuji dengan cara
pengalamatan intuisi seperti yang pernah kulakukan
terhadap Tata dan Rifa. Hasilnya, aku beroleh isyarat
kalau Dhani ini ada nasab langsung dengan manusia
harimau yang dibenarkannya karena punya kakek dari
Solok yang memiliki warisan itu yang menurun ke ibu
kandungnya. Sebaliknya Dhani juga mengisyaratkan kalau
aku juga punya garis nasab dekat dengan pengagem ilmu
kanuragan yang di zamannya disegani masyarakat dan
ditakuti oleh kolonial Belanda.
Kakekku Abda Willadirana yang wafat tahun 1935 di
Linggajati. Menurut ayahku memang menguasai ilmu2
seperti itu. Selama 40 hari makamnya dijaga oleh
beberapa ekor harimau gunung Ciremai.

Sebagian dari ilmunya menurun ke wak Jaya dari
Cinangsi, dengan pesan agar keturunan nya jangan
mengenakan gelar Raden karena akan mudah dikenali oleh
antek2 kolonial Belanda. Menurut Dhani parit bibirku
nyaris rata seperti ciri khas dari manusia harimau di
Sumatera. Katanya juga aku memiliki kharisma yang
cukup disegani. Namanya juga konsultan emosi. Wallohu.

Karena minta diobservasi kesehatannya, selagi meringis
dan merintih tiba2 Dhani merasa sesak dan punggungnya
serasa diganduli beban 200 kilo. Sikapnya juga gelisah
katanya sekujur badannya merinding kalau kupegang.
Rini dan Wandi juga merasakan bias kemerinding di
kedua lengan dan pundak. Aneh sih tapi entahlah. Tiba2
Dhani menunjukkan laku yang kemanjingan dengan keluhan
sakit kepala dan punggung. Setiap sentuhan ujung jari
telunjukku berakibat rasa nyeri yang hebat bagi Dhani
tetapi tidak bagi Rini. Wajah dan rona seputar matanya
melegam. Setelah kuremasi pundaknya sambil kubacakan
Ayatul Kursi lalu Amana Rosuli, keluhan Dhani jauh
mereda tepat disaat aku mulai membaca ayat terakhir
dari surat Al-Baqarah. "Laa yukallifullahu nafsan..."

Rini yang memanggilku Pakcik, bertanya ada apa?
Kujawab saja sepertinya Dhani agak kerasukan nenek
moyangnya yang hadir untuk menyampaikan salam kenal
kepadaku. Subhanallah. Hare gene. Ditengah pembangunan
Grand Indonesia. Di halaman parkir wartel Raisson yang
juga dijual Kebab dan Shisha. Masih ada juga peristiwa
ghaib? Penampakan? Wallohu'alam bishawab.

Jangan diambil hati yang neng des. Aa gak tau juga klo
aa ke neng des apa aa juga bakal ngalamin kamanjingan
kayak Dhani Perangin Angin itu ya? Tapi rasanya aa gak
pernah ngalamin nuansa mengharimau seperti begitu kok.
Tenang aja neng, makanya aa ingin jadi government neng.

No comments: